Sunday, June 6, 2010

Perspektif dalam Teori Feminism

Pada umumnya feminisme diidentikan dengan gerakan kebangkitan dan pemberontakan yang dilakukan oleh kaum perempuan akibat penindasan yang dilakukan oleh kaum laki-aki. Namun kenyataannya ada banyak perspektif yang mampu menjelaskan dimensi lain dari munculnya gerakan feminism tersebut. Beberapa ilmuwan telah membagi feminism ini berdasarkan ide-ide yang dibawa yang dipengaruhi oleh sistem sosial yang mereka jadikan alasan dan acuan dalam pergerakannya.
Pertama, feminisme liberal yang memberikan kritik terhadap sistem sosial yang mengakibatkan perlakuan yang tidak sama antara laki-laki dan perempuan. Kelompok ini menuntut diakuinya kesamaan hak bagi perempuan sebagai individu yang punya kebebasan. Feminist liberal menyatakan bahwa perlakuan perlakuan yang tidak sama itu juga disebabkan oleh woman nature. Seperti manusia pada umumnya, sudah seharusnya perempuan mempunyai hak dan kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki sehingga kaum perempuan harus berjuang keras untuk mendapatkannya. Penindasan yang dialami oeh perempuan dianggap sebagai akibat kelemahan mereka sendiri. Dalam hal ini DR. Mansour Fakih (2008) menyatakan bahwa feminist liberal melihat persoalan kaum perempuan tidak hanya melihat struktur dan sistem sebagai pokok persoalan. Kelompok ini tidak pernah mempertanyakan diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan sebagai akibat ideologi patriarki maupun struktur kelas. Bagi feminist liberal perjuangan perempuan berakar bahwa kebebasan (freedom) dan kesamaan (equality) sehingga kerangka kerja gerakan ini adalah untuk memperjuangkan masalah terkait ‘kesempatan yang sama bagi setiap individu’ termasuk didalamnya para kaum perempuan.
Kelompok kedua yaitu feminist Radikal. Feminist radikal melihat bahwa akar penindasan kaum perempuan oleh laki-laki berasal dari perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki serta ideology patriarki. Menurut Eisenstein kelompok ini memandang bahwa patriarki (the rule of father) adalah dasar dari ideology penindasan kaum perempuan yang merupakan sistem hirarki seksual dimana laki-laki memiliki power yang superior dan privilege ekonomi sehingga perlu adanya revolusi dan perlawanan (Fakih, 2008:85). Jill Steans (1998) menambahkan bahwa feminist radikal ini mengartikulasikan bahwa personal is political sehingga menurut perspektif ini pembebasan perempuan tidak hanya meliputi pencapaian kesamaan dalam hak, akses pubik, dan alat-alat produksi, namun juga melalui transformasi ranah yang paling privat dalam hubungan antar manusia.
Selanjutnya, kelompok ketiga adalah feminist Marxis. Kelompok ini berargumen bahwa permasalahan perempuan adalah hasil dari struktur sosial, ekonomi, dan politik yang ada kaitannya dengan sistem kapitalisme. Maka, gerakan feminist Marxis ini adalah perjuangan kelas melawan struktur yang terbentuk oleh kapitalisme. Kelompok ini meyakini bahwa penindasan perempuan adalah bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi sehingga dikatakan hubungan antara laki-laki dan perempuan sama halnya dengan hubungan antara borjuis dan proletar (Fakih, 2008:86). Bagi kaum feminist Marxis, sistem kapitalisme menjadikan laki-laki sebagai penguasa capital dan pemilik property utama sehingga power mereka lebih besar dalam produksi. Sedangkan di sisi lain, perempuan hanya dipekerjakan sebagai buruh yang dibayar murah sehingga cenderung mengeksploitasi perempuan dan menguntungkan bagi pemilik capital dalam hal ini kaum laki-laki. Penindasan perempuan dianggap sebagai kelanjutan dari sistem eksploitatif yang bersifat structural sehingga penyelesainnya juga harus bersifat structural yaitu melalui revolusi struktur kelas dan pemutusan hubungan dengan sistem kapitalisme.
Kelompok selanjutnya adalah feminist sosialis yang mencoba mengombinasikan ide-ide materialis feminist Marxis dengan konsepsi personal is political dari feminist radikal. Kelompok ini menegaskan bahwa penindasan perempuan disebabkan oleh sistem patriarki maupun sistem kapitalisme. Dalam hal ini kapitalisme dianggap sebagai struktur material yang secara historis menjadi sumber mode of production, sedangkan patriarki merupakan struktur material dari reproduksi (Steans, 1998:21). Penindasan perempuan dapat terjadi di kelas mana pun, bahkan revolusi kelas tidak menjamin meningkatnya status kaum perempuan dan ketidakadilan bukan karena perbedaan bioogis laki-laki dan perempuan, tetapi lebih pada ketidakadilan gender yang dikonstruksi secara sosial. Maka focus gerakan feminist sosialis adalah untuk memerangi konstruksi visi dan ideology masyarakat serta struktur dan sistem yang tidak adil yang dibangun atas bias gender (Fakih, 2008:93).
Berdasarkan analisis di atas, dapat dikatakan bahwa apapun perspektif yang digunakan sebagai dasar gerakan feminism, setidaknya semuanya sangat berguna untuk memperkaya konsepsi dan alat analisis gender sehingga tidak hanya terfokus pada woman nature namun juga sistem dan struktur untuk memecahkan permasalahan sosial secara bersama-sama dengan gerakan lain.

Sumber bacaan :
Fakih, Mansour.2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Steans, Jill.1998. Gender and International Relation. Cambridge : Polity Press.

No comments: