Thursday, July 29, 2010

Membangkitkan Sektor Pertanian Indonesia


Sekitar periode 1990-an awal, kemajuan sektor pertanian cukup baik dilihat dari berhasilnya Indonesia mencapai swasembada pangan. Namun, setelah tahun 1998, seperti yang diperkirakan sebelumnya produktivitas pertanian Indonesia menurun dikarenakan jumlah angkatan kerja yang bekerja di sektor ini menurun secara absolut. Hal tersebut menyebabkan perubahan secara mendasar dalam ekonomi sosial Indonesia yang juga disebabkan banyaknya muncul sektor-sektor non pertanian. Akankah pertanian yang menjadi basis perekonomian Indonesia sejak awal harus terabaikan dan tertinggal dari sektor-sektor yang lain? Apakah pertumbuhan sector non-pertanian yang akan mengubah secara fundamental perekonomian bangsa diperlukan bagi negara berkembang seperti Indonesia ?
Sektor pertanian yang dahulu menjadi basis ekonomi bangsa saat ini mulai tertinggal dengan semakin meningkatnya sektor-sektor lain. Hal tersebut berkenaan dengan meningkatnya produktivitas masing-masing sektor yang tidak imbang dan kecenderungan lebih tingginya produktivitas sektor non pertanian sehingga terjadi kesenjangan bagi masyarakat yang bekerja pada masing-masing sektor. Sumitro Djojohadikusumo -dalam bukunya Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan-menyatakan bahwa produktivitas rata-rata dan modal per tenaga kerja di sektor pertanian lebih rendah dibandingkan produktivitas rata-rata dan modal per tenaga kerja di luar sektor pertanian. Pertumbuhan sektor non pertanian menyebabkan banyak tenaga kerja dari sektor pertanian yang beralih ke sektor tersebut. Berkurangnya angkatan kerja di sektor pertanian secara absolut akan berdampak pada struktur produksi nasional yang berasal dari sektor ini. Maka, untuk dapat bersaing mengimbangi menjamurnya sektor non pertanian, perlu adanya peningkatan produktivitas dan sekali lagi menyangkut pemberdayaan tenaga kerja.
Pada dasarnya terdapat suatu korelasi antara sektor pertanian dan non pertanian. Namun dinamika pengaruh yang terjadi lebih banyak berawal dari sektor pertanian. Apabila tenaga kerja dalam sektor pertanian meningkat, maka pendapatan mereka akan mengalami peningkatan yang relatif besar sehingga meningkatkan konsumsi mereka yang sebagian berasal dari sektor non pertanian (Djojohadikusumo,1987:526). Maka agar korelasi tersebut menjadi korelasi yang positif, harus ada keseimbangan antar kedua sektor sehingga sektor pertanian tidak tertinggal dan bisa tetap menjadi basis ekonomi bangsa.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya keseimbangan tersebut. Pertama, perlunya mobilisasi tenaga kerja antar sektor pertanian dan sektor non pertanian. Ada suatu perbedan mendasar antara sektor pertanian dan sektor non pertanian. Mengutip Clifford Geertz, pada sektor pertanian terjadi agricultural involusion sehingga hal ini cenderung menjadikan ekonomi pertanian tidak produktif. Berapapun banyaknya tenaga kerja masih bisa diserap oleh sektor pertanian karena banyaknya bagian pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian yang tidak bisa hanya dilakukan oleh beberapa orang. Namun justru hal tersebut bagi pengamat Barat dianggap tidak efisien karena pekerjaan yang seharusnya cukup dikerjakan oleh beberapa orang justu dibagi dengan orang lain. Di sisi lain, sektor non pertanian mempunyai daya tampung tenaga kerja yang terbatas jika sektor tersebut tidak mengalami pertumbuhan. Maka, keseimbangan kedua sektor diperlukan agar mempermudah mobilisasi tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran yang mungkin terjadi dan pertumbuhan ekonomi dari kedua sektor bisa seimbang.
Kedua, jika produktivitas dalam sektor non pertanian jauh melebihi produktivitas sektor non pertanian, maka akan memperbesar jurang antara tingkat kesejahteraan antara kedua sektor sehingga tidak sesuai dengan keadilan sosial (Djojohadikusumo,1987:528). Jika ada keadaan yang balance antara kedua sektor maka pemerataan dan pertumbuhan ekonomi akan dapat tercapai sehingga menciptakan stabilitas nasional.
Upaya untuk membangkitkan kembali sektor pertanian Indonesia tentunya tidak mudah dan perlu kerjasama antara beberapa pihak baik pemerintah dan dari kalangan masyarakat. Hal tersebut dapat tercapai melalui beberapa langkah antara lain : Pembiayaan pembangunan dan investasi, peningkatan ekspor terutama komoditi pertanian, pemberian subsidi bagi para petani, memberikan kemudahan modal dan kredit bagi para petani, peningkatan hasil pertanian sehingga meningkatkan konsumsi dari rumah tangga non pertanian, peningkatan pemasaran (produk pertanian), pembangunan pertanian pada daerah tertinggal dan pemerataan tenaga kerja, melalui pembinaan sumber daya manusia melalui penyuluhan pertanian dan pendidikan tentang metode dan teknologi pertanian yang modern, serta peningkatan fungsi dan kinerja koperasi sebagai sokoguru ekonomi terutama untuk menunjang peningkatan produktivitas pertanian.

No comments: